Dari Gandaria pasukan bergerak ke
Tanah Abang dan melakukan serangan ke pos pos Belanda. Namun pasukan
pemberontak China tersebut dapat dihalau oleh VOC hingga lari kearah Bekasi dan
Kerawang. Walau terus dikejar oleh serdadu Kompeni jumlah mereka makin
bertambah karena banyaknya orang yang menggabungkan diri. Akhirnya pada paroh
pertama tahun 1741 pasukan pemberontak tersebut memasuki wilayah kerajaan
Mataram yang beribukota di Kartasura .Keratonnya terletak 10 km dari kota
Solo sekarang. Kerajaan yang wilayahnya meliputi Jawa bagian Tengah dan Timur
tersebut diperintah oleh seorang raja yang bernama Paku Buwono II ( PB II
). Raja beserta rakyat Mataram menyambut baik kedatangan pasukan China ini.
Orang orang Jawa menyebut pemimpin laskar China ini dengan nama Kapitan
Sepanjang.
Rakyat Mataram dan rajanya
sebetulnya sudah lama ingin lepas dari kekuasaan VOC, namun belum berani
melakukan tindakan apapun karena merasa belum mempunyai kekuatan yang
meyakinkan. PB II melihat kedatangan pasukan China merupakan kesempatan yang
baik untuk melaksanakan niatnya . Sang raja melakukan koalisi dengan Sepanjang.
Pada tanggal 1 Agustus 1742 Benteng VOC di Kartasura diserbu pasukan gabungan
China-Mataram. Kapten Van Plasen, komandan Benteng tewas dieksekusi. para
serdadu VOC yang hidup dijadikan tawanan. Pasukan China- Mataram memperluas
serangan ke segala penjuru , mulai dari Tegal , Lasem sampai Gresik
. Karena kewalahan menghadapi serangan serangan tersebut, maka VOC mendatangkan
pasukan bantuan dari Batavia. Berkat bantuan pasukan dan persenjataan yang
tiba, maka laskar China dibawah Sepanjang dan pasukan Mataram dibawah pimpinan
Bupati Grobogan Martapura mengalami kekalahan di desa Kaligawe Semarang.
Merasa diatas angin , Kompeni
memberikan ultimatum kepada PB II. Raja yang bertahta di
Kartasura tersebut
disuruh milih. Kalau berbalik ikut Kompeni maka kepadanya akan diberi
pengampunan dan dijamin kelangsungan kedudukannya sebagai raja. Sedangkan kalau
tetap membantu pasukan China maka beliau akan dihabisi. Sang raja PB II memilih
berbalik dan membantu VOC melawan laskar China. Patih kerajaan yang bernama
Notokusumo dan para bupati menentang putusan rajanya. Notokusumo ditangkap
Belanda dibuang ke Sri Langka. Para Bupati beserta rakyatnya tetap meneruskan
perjuangan mereka melawan Belanda . Pada pertengahan tahun 1742 diadakan suatu
pertemuan yang dihadiri antara lain oleh Bupati Martapura, Bupati
Mangunoneng, Kapitan Sepanjang dan Panglima laskar China Singseh ( Tan Sin Ko
). Mereka bersepakat mengangkat Rd Mas Garendi cucu Amangkurat III sebagai raja
Mataram . Raja Baru tersebut selanjutnya bergelar Amangkurat V dan terkenal
dengan sebutan Sunan Kuning.
Pasukan Sunan Kuning yang terdiri
dari para bupati yang tetap memberontak pada kekuasaan VOC bersama dengan
laskar China akhirnya bergerak menuju Kartasura. Ibukota Mataram jatuh dalam
kekuasaan mereka. PB II lari ke Ponorogo. Raden Mas Said , cucu Amangkurat
IV yang juga mengobarkan perlawanan terhadap VOC diangkat oleh Sunan Kuning
sebagai panglima perangnya. Segera setelah Kartasura jatuh, Sunan Kuning ingin
mewujudkan cita citanya untuk mengusir VOC. Api peperangan yang
dahsyat berkobar di seluruh Jawa Tengah dan Timur.Beliau mengirim R.M. Said
bersama pasukan China menyerang pasukan VOC dibawah Kapten Geritt Mom yang
berada di Jepara. Singseh,komandan pasukan China gugur dipenggal kepalanya oleh
serdadu VOC di pantai Lasem . Belanda tidak mau meninggalkan kesempatan. Mereka
terus mendesak pasukan Sunan Kuning dari arah Semarang. Sedangkan dari arah
timur Keraton Kartasura diserang oleh tentara PB II dan pasukan Madura.
Akhirnya pada bulan Desember 1742 Keraton Kartasura kembali dikuasai PB II yang
dibantu Kompeni.
Sunan Kuning bersama Raden Mas
Said dan Sepanjang meninggalkan keraton dan membangun pertahanan di desa
Randulawang yang terletak disekitar Candi Prambanan. Dari tempat tersebut
pasukan gabungan China-Mataram melancarkan serangan gerilya ke pos pos
pertahanan Belanda. Akirnya Belanda mengerahkan semua kekuatannya untuk
menghancurkan Randulawang. Sunan Kuning bersama panglima R.M Said dan Sepanjang
bergerak menuju kearah timur bersama sisa sisa pasukannya.
Sampai di desa Caruban Madiun,
Sepanjang bersama Sunan Kuning berniat untuk menuju ke Pasuruan guna
merekrut orang orang China yang berada disana. Sampai di sekitar
Surabaya ,Sunan Kuning- Sepanjang bergabung dengan pasukan Mas Brahim
,cucu Untung Surapati yang bergerilya di sekitar Surabaya dan Pasuruan.
Sedangkan R.M Said tetap memimpin gerilya di sekitar Jawa Tengah. VOC
berhasil menangkap Sunan Kuning di Surabaya, dan diasingkan ke Sri Langka.
Sedang Sepanjang berhasil lolos dan melarikan diri kearah timur. Sejak itu
Sepanjang lenyap bagai ditelan bumi. Kompeni tidak pernah berhasil menangkap
atau membunuhnya. Dia terakhir tampak dilihat orang pada tahun 1758 di
Bali.
Perang Sepanjang yang berlangsung
selama tiga tahun merupakan perang yang terbesar yang harus di hadapi VOC di
bumi Nusantara. Cakupan geografisnya meliputi seluruh Jawa. Dimulai dari
Batavia dan berakir di ujung timur Jawa. R.M Said kelak pada tahun 1757
mengadakan perjanjian dengan Paku Buwono III . Beliau memimpin suatu praja
dengan gelar Mangkunegoro
I.
Atas jasa kepahlawanannya dalam melawan
penjajahan, pada tahun 1978 Pemerintah RI menganugerahkan gelar Pahlawan
Nasional Kemerdekaan RI kepada almarhum.
Kepada para keturunan Laskar
Sepanjang kami mengucapkan ” Gong Xi Fa Cai ” Selamat
Tahun Baru Imlek
2560. Semoga jiwa kepahlawanan dan pengorbanan Sepanjang tetap bersemayam
di hati anda semua.
Sumber : “Perang Sepanjang 1740 –
1743, Tionghoa- Jawa lawan VOC ” oleh : Daradjadi
0 komentar:
Posting Komentar